jogjacorner.com

komunitas jogja corner yogyakarta indonesia

Hadis yang Menjelaskan tentang Mertua dan Menantu Perempuan

Mengungkap Rahasia Hubungan Mertua dan Menantu Perempuan Melalui Lensa Hadis Kunci Harmonisasi dan Kerukunan dalam Keluarga

Islam mengatur banyak aspek kehidupan, termasuk pernikahan dan hubungan antara perempuan dan anak perempuan. Hadits berikut menggambarkan hubungan antara ibu dan anak perempuannya. Ada beberapa poin dalam surat keputusan tersebut yang berujung pada dua keputusan terpisah.

hubungan mertua dan menantu menurut Islam adalah hubungan muabbad, atau hubungan mahram selamanya.

Tidak ada hubungan "bekas mertua" meski sudah bercerai. Maka dari itu, sangat penting menjaga hubungan baik antara menantu dan mertua.

Menurut Islam, hubungan antara mertua dan menantu tidak dianggap seperti orang lain, tapi seperti orang tua sendiri. Sikap menantu terhadap mertua diriwayatkan dalam hadis berikut.

أَذَاتُ زَوْجٍ أَنْتِ؟ قَالَتْ: نَعَمْ. قَالَ: كَيْفَ أَنْتِ لَهُ؟ قَالَتْ: مَا آلُوْهُ إِلاَّ مَا عَجَزْتُ عَنْهُ.

قَالَ: فَانْظُرِيْ أينَ أَنْتِ مِنْهُ، فَإنَّمَا هُوَ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ

"Apakah engkau sudah bersuami?" Bibi Al-Hushain menjawab, "Sudah." "Bagaimana (sikap) engkau terhadap suamimu?", tanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lagi. Ia menjawab, "Aku tidak pernah mengurangi haknya kecuali dalam perkara yang aku tidak mampu." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Lihatlah di mana keberadaanmu dalam pergaulanmu dengan suamimu, karena suamimu adalah surga dan nerakamu."(HR. Ahmad 4: 341 dan selainnya. Hadis ini sahih sebagaimana kata Syaikh Al Albani dalam Sahih At Targhib wa At Tarhib no. 1933)

Pada hadis di atas menyatakan hubungan mertua dan menantu perempuan merupakan hal yang penting sebab termasuk berbakti kepada suami.

Menantu perempuan yang berbakti kepada mertuanya akan memberikan kebahagiaan kepada suaminya, maka keberkahan pun akan didapatkannya.

Syekh Mustofa Al Adawi mengungkapkan, memang bukan kewajiban menantu perempuan untuk berbakti kepada orang tua suami atau mertuanya.

Akan tetapi berbuat baik kepada mertua merupakan bagian dari perbuatan baik kepada orang tua, sebagaimana dijelaskan dalam QS. Luqman ayat 14 berikut.

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ

Artinya: "Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu." (Q.S Luqman:14)

Kewajiban istri untuk menaati suami juga didukung dengan hadis berikut.

أَذَاتُ زَوْجٍ أَنْتِ؟ قَالَتْ: نَعَمْ. قَالَ: كَيْفَ أَنْتِ لَهُ؟ قَالَتْ: مَا آلُوْهُ إِلاَّ مَا عَجَزْتُ عَنْهُ. قَالَ: فَانْظُرِيْ أينَ أَنْتِ مِنْهُ، فَإنَّمَا هُوَ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ

"Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Siapakah wanita yang paling baik?" Jawab beliau, "Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci " (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih).

Pada hadis di atas dijelaskan bahwa istri yang baik adalah yang memahami kewajiban suami terhadap orang tuanya.

Para istri harus senantiasa memaklumi kewajiban suaminya yang ingin berbakti kepada ibunya.

Hal ini juga menjelaskan bahwa anak laki-laki atau suami wajib berbakti kepada orang tuanya sampai meninggal.

Jadi berbakti kepada mertua menjadi sebuah kewajiban sebagaimana hadis yang telah menjelaskan tentang hubungan mertua dan menantu perempuannya.